LIR ILIR
Cipt. Sunan Kalijaga
Lir ilir, lir ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar
Tak sengguh temanten anyar
Bocah angon, bocah angon
Penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno
Kanggo mbasuh dodot iro
Kanggo mbasuh dodot iro
Dodot iro, dodot iro
Kumitir bedah ing pinggir
Dondomono, Jlumatono
Kanggo sebo mengko sore
Kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Yo surak’o surak hiyo…
Tidak semua orang Jawa dan umat islam di Indonesia mengerti akan makna dan pesan dari lagu ini. Kanjeng Sunan Kalijaga melalui lirik lagi ini berpesan kepada kita (umat islam) untuk segera mempersiapkan dan membersihkan diri untuk menghadap sang maha pencipta.
Berikut adalah makna dari setiap lirik.....
Lir ilir, lir ilir tandure wus sumilir
Arti : Bangunlah, bangunlah tanamannya telah bersemi
Makna : Kanjeng Sunan Kalijaga mengingatkan orang-orang Islam segera bangun dan bergerak. Karena saatnya telah tiba. Karena bagaikan tanaman yang telah siap dipanen, demikian pula rakyat di Jawa saat itu (setelah kejatuhan Majapahit) telah siap menerima petunjuk dan ajaran Islam dari para Wali.
Tak ijo royo-royo, Tak sengguh temanten anyar
Arti : Bagaikan warna hijau yang menyejukkan, bagaikan sepasang pengantin baru
Makna : Hijau adalah warna kejayaan Islam, dan agama Islam disini digambarkan sebagai pengantin baru yang menarik hati siapapun yang melihatnya dan membawa kebahagiaan bagi orang-orang disekitarnya
Bocah angon, bocah angon, penekno blimbing kuwi
Arti : Anak gembala, anak gembala, tolong panjatkan pohon belimbing itu
Makna : Yang disebut anak gembala disini adalah para pemimpin. Dan belimbing adalah buah persegi lima, yang merupakan simbol dari Rukun Islam dan Sholat lima waktu. Jadi para pemimpin diperintahkan oleh Sunan Kalijaga untuk memberikan contoh kepada rakyaknya dengan menjalankan ajaran Islam secara benar. Yaitu dengan menjalankan lima Rukun Islam dan Sholat lima waktu.
Lunyu-lunyu penekno, kanggo mbasuh dodot iro
Arti : Biarpun licin tetaplah memanjatnya, untuk mencuci kain dodot mu
Makna : Dodot adalah sejenis kain kebesaran jawa yang hanya digunakan pada upacara-upacara / saat-saat penting. Dan buah belimbing pada jaman dahulu, karena kandungan asamnya sering digunakan sebagai pencuci kain, terutama untuk merawat kain batik supaya tetap awet. Dengan kalimat ini Sunan Kalijaga memerintahkan umat Islam untuk tetap berusaha menjalankan lima Rukun Islam dan Sholat lima waktu walaupun banyak rintangannya (licin jalannya). Semua itu diperlukan untuk menjaga kehidupan beragama mereka. Karena menurut orang Jawa, agama itu sebagai pakaian bagi jiwanya.
Dodot iro, dodot iro, kumitir bedah ing pinggir
Arti : Kain dodot mu, kain dodot mu, telah rusak dan robek
Makna : Saat itu kemerosotan moral telah menyebabkan banyak orang meninggalkan ajaran agama mereka sehingga kehidupan beragama mereka digambarkan seperti pakaian yang telah rusak dan robek.
Dondomono, Jlumatono, Kanggo sebo mengko sore
Arti : Jahitlah, tisiklah, untuk menghadap (gustimu) nanti sore
Makna : Seba artinya menghadap orang yang berkuasa (raja/gusti), oleh karena itu disebut "paseban" yaitu tempat menghadap raja. Disini Sunan Kalijaga memerintahkan agar orang Jawa memperbaiki kehidupan agamanya yang telah rusak tadi dengan cara menjalankan ajaran Islam secara benar, untuk bekal menghadap Allah SWT dihari nanti
Mumpung padhang rembulane, Mumpung jembar kalangane
Arti : Selama rembulan masih purnama, selagi tempat masih luas dan lapang
Makna : Selagi masih banyak waktu, selagi masih ada kesempatan, perbaiki kehidupan beragamamu
Yo surak’o surak hiyo…
Arti : Ya bersoraklah, berteriaklah IYA...
Makna : Disaat nanti datang panggilan dari yang Maha Kuasa, sepatutnya bagi mereka yang telah menjaga kehidupan beragamanya dengan baik dan menjawabnya dengan gembira.
Demikianlah petuah dari Sunan Kalijaga lima abad yang lalu.
Semoga bermanfaat.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar