10 Juli 2009

Kisah Rasul : Dari Gembala ke Manajer

Dalam tradisi keluarga terhormat Arab masa itu, bayi tidak disusui sendiri oleh Sang Ibu. Ia diserahkan pada orang lain yang menjadi Ibu susu. Demikian pula Nabi Muhammad SAW. Beberapa hari, ia disusui oleh Tsuaiba -budak paman Nabi Muhammad SAW, Abu Lahab, yang juga tengah menyusui Hamzah -paman lainnya yang seusia Nabi Muhammad SAW. Kemudian ia diserahkan pada Halimah, perempuan miskin dari Bani Saad yang mencari pekerjaan sebagai Ibu susu.

Semula Halimah menolak Nabi Muhammad SAW. Ia menginginkan bayi yang bukan seorang yatim, dan keluarganya sanggup membayar lebih mahal. Tak ada bayi lain yang bisa disusui, Halimah pun membawa Nabi Muhammad SAW ke kampungnya. Suasana perkampungan Bani Saad disebut lebih baik bagi pertumbuhan anak dibanding 'kota' Mekah. Udara di sana disebut lebih bersih, bahasa Arab-nya pun lebih asli. Di masa bersama Halimah itulah tersiar kisah mengenai Nabi Muhammad SAW kecil.

Menurut kisah itu, Halimah menjumpai Nabi Muhammad SAW dalam keadaan pucat. Disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW baru didatangi dua orang - yang diyakini banyak kalangan sebagai malaikat. Orang tersebut kemudian membelah dada Nabi Muhammad SAW. Banyak orang percaya, itu adalah proses malaikat "mencuci hati Nabi Muhammad SAW'' sehingga bersih. Namun Haekal menyebut bahwa kisah tersebut lemah. Saat itu Nabi Muhammad SAW dan anak Halimah yang menyertainya masih balita, sehingga kesaksiannya diragukan.

Pada usia lima tahun, Nabi Muhammad SAW dikembalikan ke Mekah. Konon Halimah khawatir atas keselamatan Nabi Muhammad SAW. Dalam perjalanan ke Mekah, Nabi Muhammad SAW sempat terpisah dari Halimah dan tersesat sebelum ditemukan secara tak sengaja oleh orang yang kemudian mengantarkan ke rumah Abdul Muthalib. Saat Nabi Muhammad SAW berusia enam tahun, Aminah sang ibu membawanya ke Madinah menengok keluarga dan makam Abdullah, sang ayah. Mereka ditemani budak Abdullah, Ummu Aiman, menempuh jarak sekitar 600 km bersama kafilah dagang yang menuju Syam.

Saat pulang, setiba di Abwa - 37 km dari Madinah - Aminah jatuh sakit dan meninggal. Nabi Muhammad SAW pun yatim piatu. Ia dipelihara Abdul Muthalib. Namun, sang kakek juga meninggal saat Nabi Muhammad SAW berusia 8 tahun. Nabi Muhammad SAW lalu tinggal di rumah Abu Thalib - anak bungsu Abdul Muthalib yang hidup miskin. Kehidupan sehari-hari Nabi Muhammad SAW adalah menggembala kambing. Pada usia 12 tahun, Nabi Muhammad SAW diajak pamannya berdagang ke Syam.

Terkisahkan, dalam perjalanan itu Abu Thalib bertemu pendeta Nasrani bernama Buhaira di Bushra. Sang pendeta memberi tahu bahwa Nabi Muhammad SAW bakal menjadi Nabi besar. Maka, ia menyarankan Abu Thalib segera membawa pulang Nabi Muhammad SAW agar tidak celaka olah ulah orang-orang yang tak suka. Perjalanan ke negeri asing untuk berbisnis pada usia semuda itu tentu memberi kesan kuat pada Nabi Muhammad SAW.

Berkat ketulusan dan kelurusan hatinya, Nabi Muhammad SAW remaja mendapat sebutan Al-Amien, "yang dapat dipercaya", dari orang-orang Mekah. Ia juga disebut-sebut terhindar dari berbagai bentuk kemaksiatan yang acap timbul dari pesta. Setiap kali hendak menyaksikan pesta bersama kawan-kawannya, Nabi Muhammad SAW selalu tertidur. Sedangkan ketajaman intelektual serta nuraninya terasah melalui hobinya mendengarkan para penyair.

Pada bulan-bulan suci, di beberapa tempat di dekat Mekah, selalu muncul pasar. Terutama di Ukaz yang berada di antara Thaif dan Nakhla, serta di Majanna dan Dzul-Majaz. Di hari pasar, para penyair membacakan sajak-sajaknya. Sebagian penyair itu beragama Nasrani maupun Yahudi. Mereka umumnya mengeritik bangsa Arab yang menyembah berhala. Peristiwa tersebut menambah sikap kritis Nabi Muhammad SAW atas perilaku masyarakatnya.

Persoalan pasar di Ukaz itu menyeret Nabi Muhammad SAW pada realita manusia: perang. Berawal dari pelanggaran kesepakatan sistem dagang yang dilakukan Barradz bin Qais dari kabilah Kinana yang memicu pelanggaran serupa 'Urwa bin 'Uthba dari kabilah Hawazin. Barradz lalu membunuh 'Urwa di bulan suci yang diharamkan terjadi pertumpahan darah. Kabilah Hawazin lalu mengangkat senjata terhadap kabilah Kinana. Karena kekerabatan, kaum Quraish seperti Nabi Muhammad SAW membela kabilah Kinana.

Selama empat tahun, pertempuran berlangsung pada hari-hari tertentu setiap tahun. Itu terjadi saat Nabi Muhammad SAW berusia sekitar 16 hingga 20 tahun. Disebutkan pula, di pertempuran itu Nabi Muhammad SAW hanya bertugas mengumpulkan anak panah lawan. Ada juga yang menyebut dia pernah memanah lawan. Perang Fijar itu pun berakhir dengan kesepakatan damai.

Satu peristiwa penting yang jarang dikisahkan adalah bergabungnya Nabi Muhammad SAW pada Gerakan Hilfil Fudzul. Sebuah gerakan untuk memberantas kesewenangan di masyarakat dan melindungi yang teraniaya. Peristiwa itu terpicu oleh perampasan barang milik pedagang asing yang tiba di Mekah oleh Wail bin Ash. Zubair bin Abdul Muthalib mengajak keluarga Hasyim, Zuhra dan Taym untuk menegakkan kembali kehormatan kota Mekah. Mereka berikrar di rumah Abdullah bin Jud'an untuk membentuk gerakan tersebut. Pada usia 20-an tahun, Nabi Muhammad SAW aktif dalam Hilfil Fudzul itu. Ia ikut menyelamatkan gadis dari Bani Khais'am yang diculik Nabih bin Hajaj dan kawan-kawan.

Kematangan Nabi Muhammad SAW semakin tumbuh seiring dengan meningkatnya usia. Saat Nabi Muhammad SAW berusia 25 tahun, Abu Thalib melihat peluang usaha bagi keponakannya. Ia tahu pengusaha terkaya di Mekah saat itu, Khadijah, tengah mencari manajer bagi tim ekspedisi bisnisnya ke Syam. Khadijah menawarkan gaji berupa dua ekor unta muda bagi manajer itu. Atas persetujuan Nabi Muhammad SAW, Abu Thalib menemui Khadijah meminta pekerjaan tersebut buat keponakannya itu serta minta gaji dinaikkan menjadi empat ekor unta. Khadijah setuju.

Untuk pertama kalinya Nabi Muhammad SAW memimpin kafilah, atau misi dagang, menyusuri jalur perdagangan utama Yaman - Syam melalui Madyan, Wadil Qura dan banyak tempat lain yang pernah ditempuhnya saat kecil. Di kafilah itu Nabi Muhammad SAW dibantu oleh perempuan budak Khadijah, Maisarah. Bisnis tersebut sukses besar. Dikabarkan tim dagang Nabi Muhammad SAW meraup keuntungan yang belum pernah mampu diraih misi-misi dagang sebelumnya. Dalam perjalanannya tersebut, ia juga banyak berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain. Termasuk para pendeta Yahudi maupun Nasrani yang terus mengajarkan keesaan Allah. Nabi Muhammad SAW juga semakin memahami konstalasi politik global, termasuk menyangkut dominasi Romawi serta perlawanan Persia.

Khadijah terkesan atas keberhasilan Nabi Muhammad SAW. Laporan Maisarah memperkuat kesan tersebut. Maka, benih cinta pun perlahan bersemi di hati pengusaha terkaya di Mekah yang hidup menjanda itu.

09 Juli 2009

Kisah Rasul : Menjelang Kelahiran

Nabi Muhammad SAW adalah keturunan Nabi Ismail, Nabi dengan 12 putra yang menjadi cikal bakal bangsa Arab. Para nenek moyang Nabi Muhammad SAW adalah penjaga Baitullah sekaligus pemimpin masyarakat di Mekah, tempat yang menjadi tujuan bangsa Arab dari berbagai penjuru untuk berziarah setahun sekali. Salah seorang yang menonjol adalah Qusay yang hidup sekitar abad kelima Masehi.

Tugas Qusay sebagai penjaga ka'bah adalah memegang kunci (hijabah), mengangkat panglima perang dengan memberikan bendera simbol yang dipegangnya (liwa), menerima tamu (wifadah) serta menyediakan minum bagi para peziarah (siqayah)

Ketika lanjut usia, Qusay menyerahkan mandat terhormat itu pada anak tertuanya, Abdud-Dar. Namun anak keduanya, Abdul Manaf, lebih disegani warga. Anak Abdul Manaf adalah Muthalib, serta si kembar siam Hasyim dan Abdu Syam yang harus dipisah dengan pisau. Darah tumpah pada saat pemisahan mereka, diyakini orang Arab sebagai pertanda keturunan mereka bakal berseteru.

Anak-anak Abdul Manaf mencoba merebut hak menjaga Baitullah dari anak-anak Abdud-Dar yang kurang berwibawa di Masyarakat. Pertikaian senjata nyaris terjadi. Kompromi disepakati. Separuh hak, yakni menerima tamu dan menyediakan minum, diberikan pada anak-anak Abdul Manaf. Hasyim yang dipercaya memegang amanat tersebut.

Anak Abdu Syam, Umayah, mencoba merebut mandat itu. Hakim memutuskan bahwa hak tersebut tetap pada Hasyim. Umayah, sesuai perjanjian, dipaksa meninggalkan Mekah. Keturunan Umayah seperti Abu Sufyan maupun Muawiyah kelak memang bermusuhan dengan keturunan Hasyim.

Hasyim lalu menikahi Salma binti Amr dari Bani Khazraj, perempuan sangat terhormat di Yatsrib atau Madinah. Mereka berputra Syaibah (yang berarti uban) yang dimasa tuanya dikenal sebagai Abdul Muthalib - Kakek Nabi Muhammad SAW. Inilah ikatan kuat Nabi Muhammad SAW dengan Madinah, kota yang dipilihnya sebagai tempat hijrah saat dimusuhi warga Mekah. Syaiban tinggal di Madinah sampai Muthalib yang menggantikan hasyim karena wafat menjemputnya untuk di bawa ke Mekah. Warga Mekah sempat menyangka Syaibah sebagai budak Muthalib.
Menjelang kelahiran

Abdul Muthalib mewarisi kehormatan menjaga Baitullah dan memimpin masyarakatnya. Namanya semakin menjulang setelah ia dan anaknya, Harits, berhasil menggali dan menemukan kembali sumur Zamzam yang telah lama hilang. Namun ia juga sempat berbuat fatal : berjanji akan mengorbankan (menyembelih) seorang anaknya bila ia dikaruniai 10 anak. Begitu mempunyai 10 anak, maka ia hendak melaksanakan janjinya. Nama sepuluh anaknya dia undi (kidah) di depan arca Hubal. Albdullah, Ayah Nabi Muhammad SAW yang terpilih.

Masyarakat menentang rencana Abdul Muthalib. Mereka menyarankannya agar menghubungi perempuan ahli nujum. Ahli nujum tersebut mengatakan bahwa pengorbanan itu boleh diganti dengan unta asalkan nama unta dan Abdullah diundi. Mula-mula sepuluh unta yang dipertaruhkan. Namun tetap Abdullah yang terpilih oleh undian. Jumlah unta terus ditambah sepuluh demi sepuluh. Baru setelah seratus unta, untalah yang keluar dalam undian, meskipun itu diulang tiga kali. Abdullah selamat.

Peristiwa besar yang terjadi di masa Abdul Muthalib adalah rencana penghancuran Ka'bah. Seorang panglima perang Kerajaan Habsyi (kini Ethiopia) yang beragama Nasrani, Abrahah, mengangkat diri sebagai Gubernur Yaman setelah ia menghancurkan Kerajaan Yahudi di wilayah itu. Ia terganggu dengan reputasi Mekah yang menjadi tempat ziarah orang-orang Arab. Ia membangun Ka'bah baru dan megah di Yaman, serta akan menghancurkan Ka'bah di Mekah. Abrahah mengerahkan pasukan gajahnya untuk menyerbu Mekah.

Mendekati Mekah, Abrahah menugasi pembantunya -Hunata- untuk menemui Abdul Muthalib. Hunata dan Abdul Muthalib menemui Abrahah yang berjanji tak akan mengganggu warga bila mereka dibiarkan menghancurkan Baitullah. Abdul Muthalib pasrah. Menjelang penghancuran Ka'bah terjadilah petaka tersebut. Qur'an menyebut peristiwa yang menewaskan Abrahah dan pasukannya dalam Surat Al-Fil. "Dan Dia mengirimkan kepada mereka "Thairan Ababil", yang melempari mereka dengan batu-batu cadas yang terbakar, maka Dia jadikan mereka bagai daun dimakan ulat".

Pendapat umum menyebut "Thairan Ababil" sebagai "Burung Ababil" atau "Burung yang berbondong-bondong". Buku "Sejarah Hidup Muhammad" yang ditulis Muhammad Husain Haekal mengemukakannya sebagai wabah kuman cacar (mungkin maksudnya wabah Sampar atau Anthrax -penyakit serupa yang menewaskan sepertiga warga Eropa dan Timur Tengah di abad 14). Namun ada pula analisa yang menyebut pada tahun-tahun itu memang terjadi hujan meteor -hujan batu panas yang berjatuhan atau 'terbang' dari langit. Wallahua'lam. Yang pasti masa tersebut dikenal sebagai Tahun Gajah yang juga merupakan tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW.


Pada masa itu, Abdullah putra Abdul Muthalib telah menikahi Aminah. Ia kemudian pergi berbisnis ke Syria. Dalam perjalanan pulang, Abdullah jatuh sakit dan meninggal di Madinah. Nabi Muhammad SAW lahir setelah ayahnya meninggal. Hari kelahirannya dipertentangkan orang. Namun, pendapat Ibn Ishaq dan kawan-kawan yang paling banyak diyakini masyarakat: yakni bahwa Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada 12 Rabiul Awal. Orientalis Caussin de Perceval dalam 'Essai sur L'Histoire des Arabes' yang dikutip Haekal menyebut masa kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah Agustus 570 Masehi. Ia dilahirkan di rumah kakeknya -tempat yang kini tak jauh dari Masjidil Haram.

Bayi itu dibawa Abdul Muthalib ke depan Ka'bah dan diberi nama Muhammad yang berarti "terpuji". Suatu nama yang tak lazim pada masa itu. Konon, Abdul Muthalib sempat hendak memberi nama bayi itu Qustam -serupa nama anaknya yang telah meninggal. Namun Aminah -berdasarkan ilham- mengusulkan nama Muhammad itu.


01 Juli 2009

Apakah Misi Kita Sebagai Mahluk Allah SWT


Setiap kita dalam kehidupan ini pasti pernah mendengar istilah Visi dan Misi. Istilah ini sangat sering sekali kita dengar, terutama di sebuah perusahaan, lembaga-lembaga pemerintah, lembaga swasta, lembaga pendidikan, dan sebagainya.
Berikut adalah beberapa gambaran mengenai visi dan misi.

VISI
  1. Jika ada satu rahasia untuk sukses, dasarnya adalah kemampuan untuk memahami pandangan orang lain dan melihat segala sesuatu dari sudut pandang dia sebaik yang anda miliki (Henry Ford)
  2. Banyak hal yang tidak terlihat, walupun hal itu berada pada jangkauan pandangan kita, karena hal itu tidak berada dalam jangkauan intelektual kita (Henry David Thoreau)
  3. Hal paling penting yang dibutuhkan dalam kedudukan sebagai atasan adalah pandangan; suatu cita-cita, suatu mimpi mengenai masa depan yang semestinya. Pandangan yang dimiliki oleh seorang atasan paling utama haruslah jernih, dan yang terpokok adalah pandangan tersebut dimengerti oleh setiap orang (Kazuo Wada-Yaohan International).

MISI
  1. Apabila orang atau sekelompok orang mendirikan organisasi atau perusahaan tidak hanya sekedar berdiri atau sekedar ikut-ikutan meskipun pada kenyataannya hal tersebut sering terjadi.
  2. Misi perusahaan adalah tujuan dan alasan mengapa perusahaan ada
  3. Misi akan memberikan arah sekaligus batasan proses pencapaian tujuan.
  4. Misi pada dasarnya hanya sekedar usaha formal untuk memperjelas apa yang dikehendaki oleh pemilik perusahaan ketika pertama kali mendirikan perusahaa

Dari uraian diatas pernahkah kita sebagai mahluk Allah SWT memiliki dan memahami misi dalam kehidupan yang singkat ini. Sebenarnya Visi kita dalam hidup ini adalah untuk mendapatkan Surga-Nya Allah. Sedangkan Misi kita adalah Syahadat. Insya Allah hidup kita akan terasa damai dan tenteram jika kita sepenuhnya menjalankan dengan hati dan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT.
Demikianlah sedikit gambaran mengenai Misi kita hidup di dunia ini. Semoga dapat bermanfaat....